Kamis, 26 April 2012

KA Jaladara Terancam Tak Lagi Beroperasi


     Pemandangan langka, sebuah lokomotif uap menarik 6 gerbong pengangkut balast melintas hingga Jembatan Bengawan Solo. Padahal biasanya, lokomotif uap tersebut hanya membawa dua kereta Wisata Jaladara sampai Stasiun Sangkrah (Solokota) saja.
Rabu (9/6/2010), sebelum adzan Subuh berkumandang. Dipo Lokomotif Purwosari sudah terlihat sibuk. Lima orang masinis sudah bangun dari tidur dan menyiapkan api untuk lokomotif Jaladara C1218. Hari itu, delapan bule pecinta Java Sweet Steam akan menyewa dari Stasiun Purwosari hingga 100 meter setelah jembatan Bengawan Solo.
Pukul 05.30, loko bernomor SS 457 buatan Hartmann Jerman ini sudah melangsir 6 gerbong. Masing-masing 3 gerbong terbuka TTW dan 3 gerbong terbuka YR. Seluruh rangkaian gerbong tersebut langsung dilangsir ke jalur 1. Pemandangan langka, hari itu menjadi KLB (KA Luarbiasa) karena biasanya loko uap “Limeks” hanya menarik dua kereta wisata Jaladara. Tatkala masih menunggu para bule datang, di jalur dua dari arah barat masuk KA Senja Bengawan dan dari jalur tiga arah timur masuk KRDE Prameks. Sedangkan di sepur simpan berjajar gerbong tertutup khusus angkutan semen dan dua kereta kayu Jaladara. 
Tepat pukul setengah delapan pagi, KA Barang Jaladara pun diberangkatkan dari jalur satu dan siap menyusuri lintas Purwosari-Sangkrah (Solokota). Momen terindah saat KA Barang Jaladara meliuk melewati sinyal keluar jadul lalu menyusuri sepanjang jalan Slamet Riyadi. Memasuki Stasiun Sangkrah (Solokota), KA Barang Jaladara pun belok sepur satu. KA bertarif Rp 10 juta ini berhenti cukup lama untuk pengisian air meskipun di Stasiun Purwosari telah diisi. Penambahan air dikarenakan KA Barang Jaladara masih akan melanjutkan perjalanan hingga melewati Jembatan Bengawan Solo dan persawahan.
Sembari mengisi air, KA Barang Jaladara juga tertahan menunggu disusul KA Feeder Senja Bengawan dari Stasiun Purwosari ke Wonogiri. Setelah disusul, barulah KA Barang Jaladara melanjutkan perjalanan. Menjelang jembatan Bengawan Solo, tekanan uap harus ditambah agar bisa kuat saat menanjak dan melewati jembatan Bengawan Solo. Juru Pelayan rem pun siap-siap mengatur buka-tutup rem tangan agar KA tak melorot mundur. Hanya sayangnya cuaca agak kurang cerah. Gerimis kecil sempat membasahi perjalanan setelah Stasiun Solokota hingga jembatan Bengawan Solo.
“Kalau rute wisata biasanya hanya Stasiun Purwosari sampai Sangkrah saja. Namun kami minta rute ditambah yang ada jembatan dan hamparan persawahan. Selain itu para bule juga minta loko uapnya menarik gerbong bukan kereta wisata. Mereka ingin nuansa seperti jaman dulu saat menarik KA barang, “ ungkap Sisworo, Direktur Cepu Internasional Heritage Club yang menjadi pemandu para bule peserta Java Sweet Steam Tour 2010.
Sayangnya, nasib KA Jaladara terancam bakal mati. Kabarnya, anggaran subsidi untuk KA Jaladara yang diplotkan Pemkot Solo tahun depan akan dicoret dari APBD oleh DPRD setempat. Tak adakah terobosan lain agar KA Jaladara tetap terus beroperasi selamannya?
AMAD SUDARSIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar