Pemandangan
langka, sebuah lokomotif uap menarik 6 gerbong pengangkut balast melintas hingga
Jembatan Bengawan Solo. Padahal biasanya, lokomotif uap tersebut hanya membawa
dua kereta Wisata Jaladara sampai Stasiun Sangkrah (Solokota) saja.
Rabu (9/6/2010), sebelum
adzan Subuh berkumandang. Dipo Lokomotif Purwosari sudah terlihat sibuk. Lima
orang masinis sudah bangun dari tidur dan menyiapkan api untuk lokomotif
Jaladara C1218. Hari itu, delapan bule pecinta Java Sweet Steam akan menyewa
dari Stasiun Purwosari hingga 100 meter setelah jembatan Bengawan Solo.
Pukul 05.30, loko
bernomor SS 457 buatan Hartmann Jerman ini sudah melangsir 6 gerbong.
Masing-masing 3 gerbong terbuka TTW dan 3 gerbong terbuka YR. Seluruh rangkaian
gerbong tersebut langsung dilangsir ke jalur 1. Pemandangan langka, hari itu
menjadi KLB (KA Luarbiasa) karena biasanya loko uap “Limeks” hanya menarik dua
kereta wisata Jaladara. Tatkala masih menunggu para bule datang, di jalur dua
dari arah barat masuk KA Senja Bengawan dan dari jalur tiga arah timur masuk
KRDE Prameks. Sedangkan di sepur simpan berjajar gerbong tertutup khusus
angkutan semen dan dua kereta kayu Jaladara.
Tepat pukul setengah
delapan pagi, KA Barang Jaladara pun diberangkatkan dari jalur satu dan siap
menyusuri lintas Purwosari-Sangkrah (Solokota). Momen terindah saat KA Barang
Jaladara meliuk melewati sinyal keluar jadul lalu menyusuri sepanjang jalan
Slamet Riyadi. Memasuki Stasiun Sangkrah (Solokota), KA Barang Jaladara pun belok
sepur satu. KA bertarif Rp 10 juta ini berhenti cukup lama untuk pengisian air
meskipun di Stasiun Purwosari telah diisi. Penambahan air dikarenakan KA Barang
Jaladara masih akan melanjutkan perjalanan hingga melewati Jembatan Bengawan
Solo dan persawahan.
Sembari mengisi air,
KA Barang Jaladara juga tertahan menunggu disusul KA Feeder Senja Bengawan dari
Stasiun Purwosari ke Wonogiri. Setelah disusul, barulah KA Barang Jaladara
melanjutkan perjalanan. Menjelang jembatan Bengawan Solo, tekanan uap harus
ditambah agar bisa kuat saat menanjak dan melewati jembatan Bengawan Solo. Juru
Pelayan rem pun siap-siap mengatur buka-tutup rem tangan agar KA tak melorot
mundur. Hanya sayangnya cuaca agak kurang cerah. Gerimis kecil sempat membasahi
perjalanan setelah Stasiun Solokota hingga jembatan Bengawan Solo.
“Kalau rute wisata
biasanya hanya Stasiun Purwosari sampai Sangkrah saja. Namun kami minta rute
ditambah yang ada jembatan dan hamparan persawahan. Selain itu para bule juga
minta loko uapnya menarik gerbong bukan kereta wisata. Mereka ingin nuansa
seperti jaman dulu saat menarik KA barang, “ ungkap Sisworo, Direktur Cepu
Internasional Heritage Club yang menjadi pemandu para bule peserta Java Sweet
Steam Tour 2010.
Sayangnya, nasib KA Jaladara terancam bakal mati. Kabarnya, anggaran subsidi untuk KA Jaladara yang diplotkan Pemkot Solo tahun depan akan dicoret dari APBD oleh DPRD setempat. Tak adakah terobosan lain agar KA Jaladara tetap terus beroperasi selamannya?
AMAD SUDARSIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar