Kami
putuskan menginap di Tebingtinggi untuk bisa pagi-pagi sekali berangkat naik KA
CPO ke Kebun Dolok Ilir. Sesuai rencana, tepat pukul 6.30 WIB, KA CPO kosongan
berangkat dari Stasiun Tebingtinggi menuju Stasiun Dolok Merangir. Perjalanan
tak begitu kencang karena jalurnya yang berkelok dan terdapat tanjakan.
Sepanjang perjalanan, pemandangan yang terhampar di sepanjang kanan-kiri rel
mayoritas perkebunan kelapa sawit dan karet. Dua stasiun dilewati, satu stasiun
mati (Stasiun Naga Kesiangan-unik juga namanya) dan Stasiun Bajalingge yang
diapit dua jembatan dengan bentang sekitar 50 meter.
Setengah
jam perjalanan sampailah di Stasiun Dolok Merangir. Lok pun langsung dilepas
untuk pindah posisi arah balik menuju Kebun Dolok Ilir. Sembari menunggu
langsiran, kami sempatkan untuk sarapan nasi uduk khas Dolok Merangir yang
dijual depan rumah warga, tak jauh dari stasiun. Nikmat, gurih dan lumayan buat
mengganjal perut hingga siang hari. Masinis pun biasa langganan sarapan di
situ.
Selesai
sarapan, KA pun segera diberangkatkan. Untuk pemeriksaan gerbong di lokasi
Kebun, petugas schowing dari Pengawas Urusan Gerbong (PUG) Dolok Merangir pun
harus ikut KA sembari membantu merangkap tugas Pelayan Rem (PLRm). Kecepatan KA
hanya berkisar 5-15 km/jam, dikarenakan kondisi jalan relnya yang sudah tua
sekali. Relnya masih kecil R14 dengan bantalan kayu yang mayoritas sudah lapuk
dan terbenam tanah.
Di
beberapa titik bila musim hujan, relnya nyaris tak terlihat sama sekali. Benar-benar
masih peninggalan Belanda dan hanya dilakukan tambahan perkuatan dengan
potongan-potongan rel yang dijadikan bantalan besi di sela-sela bantalan kayu
yang lapuk. Kalau di Jawa, kondisi seperti itu sudah masuk kategori tak laik
atau tak aman untuk dilewati KA. Namun tak demikian di Divre ujung utara
Sumatera ini. Mayoritas lintas cabang yang menuju Kebun milik PTPN sudah
sedemikian memprihatinkan prasarana jalan relnya. Padahal setiap hari dilalui
KA dengan muatan CPO ribuan liter untuk dibawa ke Belawan.
Setiap
harinya satu KA dengan membawa rangkaian 8-10 gerbong ketel keluar-masuk ke
tempat pengisian CPO di Kebun Dolok Ilir milik PTPN III yang hanya sekitar 7 km
dari Stasiun Dolok Merangir. Beruntung sepanjang jalan, hamparan perkebunan
kelapa sawit dan karet sangat memukau untuk kami nikmati sebagai penyejuk mata.
Maklum, di Jakarta, kami suntuk dengan pemandangan kemacetan dan hutan
gedung-gedung bertingkat.
Setiba
di stasiun pengisian, lok pun dilepas untuk pindah posisi. Saat memindah wesel
yang hilang bandulnya, petugas pun harus menggesernya dengan mencongkelnya
dengan linggis panjang. Benar-benar wesel terlayan setempat. Lok pun maju
begitu lidah wesel telah bergeser posisinya ke arah sepur dua. Kami hanya
geleng-geleng kepala. Untung tak sampai anjlok rodanya.
Setelah
pindah posisi, dari semula hidung panjang (longhood), kini posisi lokomotif
kembali pada posisi hidung pendek (shorthood). Sebelum dilakukan pengisian,
satu persatu rangkaian dimundurkan untuk dilakukan penimbangan gerbong dalam
kondisi kosong. Selanjutnya petugas pengisian memasang corong pipa ke lubang
ketel. Hanya ada dua corong sehingga setiap pengisian hanya dua gerbong ketel,
dan bergantian dua gerbong belakangnya hingga terakhir. Setelah terisi muatan
CPO, gerbong pun ditarik maju untuk ditimbang muatannya. Dari pukul 10 pagi,
pengisian untuk 10 gerbong ketel selesai hinggai pukul 3 sore. Selesai
pengisian, KA bermuatan CPO langsung diberangkatkan menuju Stasiun Dolok
Merangir. Selanjutnya dibawa ke Stasiun Tebingtinggi untuk diteruskan dibawa ke
Belawan.
AMAD SUDARSIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar