Jos..jos..jos... suara mesin uap dari loko hitam milik KPH Cepu.
Ketangguhannya masih terasa dengan beban 5 gerbong bermuatan tangki air dan
gelondongan kayu jati. Sungguh hari itu, kami bahagia melihat kembali Loko Uap BAHAGIA.
Pagi buta, kawasan
hutan di wilayah KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) Cepu masih gelap gulita. Dari
Dipo Lokomotif milik KPH Cepu suara desisan uap panas dan sesekali lengkingan
seruling lokomotif terdengar samar-samar dari kejauhan. Tim Majalah KA pun bergegas
berangkat dari Wisma Perhutani menuju sumber suara. Sayangnya, sesampai sana, lokomotif
uap sudah berangkat sepuluh menit yang lalu. Dua tukang ojek langsung menggeber
motornya untuk membawa kami mengejar Si Ular Hitam. Setiba di TPK (Tempat
Penimbunan Kayu) Balokan kami masih melihat sosok hitam panjang dengan
lengkingan khas. Namun ketika kami akan lari mengejar, sang ular hitam telah
berjalan cepat menembus sisa-sisa kegelapan hutan Jati.
Tak ada jalan lain
kami pun memutar jalan cukup jauh sejauh hampir 7 kilometer untuk mencegatnya
di Brug (jembatan rel) Brosot Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong. Brug yang
membentang di atas jalan raya Cepu-Blora ini sempat dua kali ambrol akibat
ditabrak truk trailer pada 14 Juni 2009 dan 12 September 2009. Sehingga
beberapa waktu, KA Wisata Hutan Jati Cepu tak bisa sampai tujuan akhir Gubug
Payung.
Sejam penantian di
gardu Poskamhut (Pos Keamanan Hutan), lengkingan loko uap BAHAGIA terdengar
makin dekat. Namun sebagai pembuka jalan, lori putih beratap hijau muda
bergambar loko uap bertuliskan Wisata Kereta Perum Perhutani KPH Cepu” sampai
lebih dulu di Brug Brosot. Kalau dalam PT KAI (Persero), lori pembuka ini
sebagai KAIS (Kereta Api Inspeksi). Dua orang turun membawa palu besi dan
dandang (cangkul khusus untuk memadatkan batu balast). Kedua petugas langsung
berjalan menuju tengah jembatan dan membetulkan posisi bantalan kayu agar
jaraknya sama denagn lainnya. Paku penambat jenis tirpon yang kendur dipukul
agar cengkeraman kaki rel dengan bantalan lebih kuat.
Hari itu, rombongan
FarRail (Komunitas Pecinta Lokomotif Uap Se-Dunia) yang bermarkas di Jerman
datang untuk menyewanya. Wow!!! Hebring banget!!! Lokomotif uap bernomor 9409
buatan tahun 1928 nampak gagah. Lokomotif bergandar 5 itu bukan menarik kereta
kayu yang biasa untuk membawa wisatawan. Namun menarik 5 gerbong PR (gerbong
terbuka dengan rem tangan).
Sesuai permintaan
para bule asal Jerman, Belanda dan Swiss yang menyewa, dua gerbong di belakang
lokomotif berisi tangki air berbentuk kotak dan 3 gerbong datar lagi bermuatan
gelondongan kayu jati. Berjalan
menyusuri rel kecil yang sudah tua dengan bantalan kayu, melintas jembatan,
persawahaan, pemukiman penduduk dan hutan jati yang sedang menghijau.
Terakhir seluruh
muatan gelondongan kayu jati diturunkan di TPK (Tempat Penimbunan Kayu)
Balokan. Sungguh luarbiasa, seperti
melihat kembali pada masa jaman Simbah (kakek-nenek) ketika lokomotif uap ini
sering wira-wiri mengangkut kayu jati. Momen langka, membekas kenangan untuk
diceritakan kembali ke anak-cucu kelak.
AMAD SUDARSIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar