Jalur KA lintas
Sukabumi-Lampegan-Cianjur merupakan bagian dari jalur utama yang menghubungkan
Jakarta-Bandung saat itu, sebelum dibangun jalur Cikampek-Purwakarta-Bandung.
Ini bisa dilihat dari kondisi bangunan stasiunnya yang sebagian besar masih
asli termasuk relnya yang masih berukuran tipe R33, berikut bekas
persinyalannya yang masih system mekanik. Bangunan lain yang jelas terlihat
usianya yang sudah ratusan tahun yaitu Terowongan Lampegan (687 m). Terowongan
legendaris dengan nuansa mitos penari ronggeng termasyur Nyi Sadea dibangun
antara tahun 1879-1882. Jalur Sukabumi-Lampengan-Cianjur dioperasikan pada 10
Mei 1883 dan setahun kemudian jalur dari Cianjur-Padalarang-Bandung yang
dioperasikan pada 10 September 1884.
Jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur
sebelum terjadi longsor pada 8 Februari 2001, setiap harinya dilalui KA Ekonomi
“Argo Peuyeum” dengan rute Ciroyom-Cianjur-Sukabumi. KA tersebut berangkat dari
Bandung siang hari dan tiba di Sukabumi malam hari, lalu stabling di Stasiun
Sukabumi untuk kemudian esok paginya berangkat kembali ke Bandung.
Cukup
lama jalur bersejarah dengan panorama alamnya yang eksotis ini mati. Beruntung,
nasibnya tak seburuk jalur cabang Banjar-Pangandaran yang nyaris hanya
menyisakan beberapa bekas bangunan, jembatan, beberapa potong jalur dan 4
terowongan yang mengenaskan. Jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur sepanjang km sudah selesai diperbaiki. Tak hanya
perbaikan titik jalur yang longsor dan renovasi terowongan, diganti juga
seluruh bantalan kayu yang sudah rapuh dengan bantalan besi.
Pasca
selesainya perbaikan, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung
Inderawan melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan persiapan pengoperasian
kembali jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur. Kunjungan ke jalur tersebut langsung
menggunakan dua KA Inspeksi (KAIS) yaitu Railone dan Wijayakusuma dari Jakarta
dan berakhir di Bandung.
Sebelum
menuju Stasiun Sukabumi, KLB rombongan Dirjen Perkeretaapian yang didampingi
Direktur Teknik PT KAI (Persero) Judarso Widiyono sempat berhenti beberapa
menit di Stasiun Cicurug. Stasiun Cicurug kedepannya akan dilakukan
pengembangan untuk mendukung kelancaran angkutan barang kerjasama dengan
produsen air minum dalam kemasan PT Aqua Tirta Investama dari Cicurug menuju
Jakarta. Produsen air minum ternama tersebut kabarnya juga bersedia untuk
investasi membangun jalur dari Stasiun Cicurug menuju area pabrik.
Dari Stasiun Cicurug, KLB berjalan
kembali menuju Stasiun Sukabumi. Dirjen beserta rombongan turun untuk meninjau
kondisi Stasiun Sukabumi, termasuk memeriksa kondisi rel dan perkakas handle
persinyalan mekanik di ruang PPKA.
Perjalanan selanjutnya menuju
Stasiun Cireungas. Selain meninjau kondisi perkakas persinyalan yang sudah
diubah menjadi semi-mekanik hasil modifikasi PT Len Industri Bandung, Dirjen
juga mendapat paparan rencana pengembangan wilayah Stasiun Cireungas yang akan
dijadikan Desa Wisata. Dari Cireungas, KLB berjalan kembali hingga memasuki
Terowongan Lampegan dan singgah cukup lama di Stasiun Lampegan.
“Kunjungan ini untuk memastikan
persiapan pengoperasian kembali lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur dan rencana
pengembangan KA Wisata," kata Tundjung Inderawan usai meninjau kondisi Terowongan
Lampegan, Kamis (5/5) .
Tundjung
juga berharap lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur nantinya bisa dilayani KA
perintis. Revitalisasi jalur Sukabumi-Cianjur-Bandung termasuk dalam program
strategis Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Dalam rombongan, ikut pula
mendampingi EVP Pusat Pelestarian Benda & Bangunan Bersejarah PT KAI Ella
Ubaidi, VP Daop 2 Bandung Hendy Hendratno Adji, Sekda Provinsi Jawa Barat dan
investor yang berminat mengembangkan KA Wisata.
Ahmad Rizal yang akrab disapa pak
Buyung merupakan investor sudah sejak 2009 berminat untuk menghidupkan jalur
Bandung-Cianjur-Lampegan-Sukabumi untuk KA Wisata dengan lokomotif uap seperti
di Ambarawa, Solo dan Sumatera Barat. Bahkan Pak Buyung pun sanggup membiayai
untuk menghidupkan satu lokomotif uap dari Museum Transportasi TMII Jakarta
agar bisa dioperasikan kembali.
“Untuk biaya perbaikan menghidupkan
kembali 1 lok uap sekitar Rp 5 Miliar. Kalau kami inginnya menghidupkan lok D14
karena dulunya jenis lok ini memang pernah beroperasi di lintas
Cianjur-Sukabumi,” kata Pak Buyung.
Rencana pengembangan KA Wisata juga
mendapat lampu hijau dari Dirjen Perkeretaapian. Namun rencana tersebut juga perlu
didukung oleh Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Cianjur yang ingin mengangkat
potensi wisata Lampegan dan Situs Megalithikum Gunung Padang agar bisa menjadi
daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
AMAD SUDARSIH
Sampai saat ini jalur KA Sukabumi - Cianjur belum juga diserahterimakan dari Pemerintah kepada PT. KA untuk dikelola, padahal sudah lebih dari dua tahun telah selesai pengerjaannya dan siap dilalui Kereta Api. Dengan biaya yang tinggi untuk revitalisasi tersebut puluhan dan mungkin lebih dari seratus milyar uang rakyat yang digunakan ternyata sia-sia saja. Masyarakat mendambakan angkutan tersebut.
BalasHapus