Selasa, 01 Mei 2012

Napak Tilas Sukabumi-Lampegan


Jalur KA lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur merupakan bagian dari jalur utama yang menghubungkan Jakarta-Bandung saat itu, sebelum dibangun jalur Cikampek-Purwakarta-Bandung. Ini bisa dilihat dari kondisi bangunan stasiunnya yang sebagian besar masih asli termasuk relnya yang masih berukuran tipe R33, berikut bekas persinyalannya yang masih system mekanik. Bangunan lain yang jelas terlihat usianya yang sudah ratusan tahun yaitu Terowongan Lampegan (687 m). Terowongan legendaris dengan nuansa mitos penari ronggeng termasyur Nyi Sadea dibangun antara tahun 1879-1882. Jalur Sukabumi-Lampengan-Cianjur dioperasikan pada 10 Mei 1883 dan setahun kemudian jalur dari Cianjur-Padalarang-Bandung yang dioperasikan pada 10 September 1884.
Jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur sebelum terjadi longsor pada 8 Februari 2001, setiap harinya dilalui KA Ekonomi “Argo Peuyeum” dengan rute Ciroyom-Cianjur-Sukabumi. KA tersebut berangkat dari Bandung siang hari dan tiba di Sukabumi malam hari, lalu stabling di Stasiun Sukabumi untuk kemudian esok paginya berangkat kembali ke Bandung.
         Cukup lama jalur bersejarah dengan panorama alamnya yang eksotis ini mati. Beruntung, nasibnya tak seburuk jalur cabang Banjar-Pangandaran yang nyaris hanya menyisakan beberapa bekas bangunan, jembatan, beberapa potong jalur dan 4 terowongan yang mengenaskan. Jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur sepanjang  km sudah selesai diperbaiki. Tak hanya perbaikan titik jalur yang longsor dan renovasi terowongan, diganti juga seluruh bantalan kayu yang sudah rapuh dengan bantalan besi.
        Pasca selesainya perbaikan, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan persiapan pengoperasian kembali jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur. Kunjungan ke jalur tersebut langsung menggunakan dua KA Inspeksi (KAIS) yaitu Railone dan Wijayakusuma dari Jakarta dan berakhir di Bandung.
         Sebelum menuju Stasiun Sukabumi, KLB rombongan Dirjen Perkeretaapian yang didampingi Direktur Teknik PT KAI (Persero) Judarso Widiyono sempat berhenti beberapa menit di Stasiun Cicurug. Stasiun Cicurug kedepannya akan dilakukan pengembangan untuk mendukung kelancaran angkutan barang kerjasama dengan produsen air minum dalam kemasan PT Aqua Tirta Investama dari Cicurug menuju Jakarta. Produsen air minum ternama tersebut kabarnya juga bersedia untuk investasi membangun jalur dari Stasiun Cicurug menuju area pabrik.
Dari Stasiun Cicurug, KLB berjalan kembali menuju Stasiun Sukabumi. Dirjen beserta rombongan turun untuk meninjau kondisi Stasiun Sukabumi, termasuk memeriksa kondisi rel dan perkakas handle persinyalan mekanik di ruang PPKA.
Perjalanan selanjutnya menuju Stasiun Cireungas. Selain meninjau kondisi perkakas persinyalan yang sudah diubah menjadi semi-mekanik hasil modifikasi PT Len Industri Bandung, Dirjen juga mendapat paparan rencana pengembangan wilayah Stasiun Cireungas yang akan dijadikan Desa Wisata. Dari Cireungas, KLB berjalan kembali hingga memasuki Terowongan Lampegan dan singgah cukup lama di Stasiun Lampegan.
“Kunjungan ini untuk memastikan persiapan pengoperasian kembali lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur dan rencana pengembangan KA Wisata," kata Tundjung Inderawan usai meninjau kondisi Terowongan Lampegan, Kamis (5/5) .
        Tundjung juga berharap lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur nantinya bisa dilayani KA perintis. Revitalisasi jalur Sukabumi-Cianjur-Bandung termasuk dalam program strategis Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Dalam rombongan, ikut pula mendampingi EVP Pusat Pelestarian Benda & Bangunan Bersejarah PT KAI Ella Ubaidi, VP Daop 2 Bandung Hendy Hendratno Adji, Sekda Provinsi Jawa Barat dan investor yang berminat mengembangkan KA Wisata.
Ahmad Rizal yang akrab disapa pak Buyung merupakan investor sudah sejak 2009 berminat untuk menghidupkan jalur Bandung-Cianjur-Lampegan-Sukabumi untuk KA Wisata dengan lokomotif uap seperti di Ambarawa, Solo dan Sumatera Barat. Bahkan Pak Buyung pun sanggup membiayai untuk menghidupkan satu lokomotif uap dari Museum Transportasi TMII Jakarta agar bisa dioperasikan kembali.
“Untuk biaya perbaikan menghidupkan kembali 1 lok uap sekitar Rp 5 Miliar. Kalau kami inginnya menghidupkan lok D14 karena dulunya jenis lok ini memang pernah beroperasi di lintas Cianjur-Sukabumi,” kata Pak Buyung.
Rencana pengembangan KA Wisata juga mendapat lampu hijau dari Dirjen Perkeretaapian. Namun rencana tersebut juga perlu didukung oleh Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Cianjur yang ingin mengangkat potensi wisata Lampegan dan Situs Megalithikum Gunung Padang agar bisa menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
AMAD SUDARSIH

1 komentar:

  1. Sampai saat ini jalur KA Sukabumi - Cianjur belum juga diserahterimakan dari Pemerintah kepada PT. KA untuk dikelola, padahal sudah lebih dari dua tahun telah selesai pengerjaannya dan siap dilalui Kereta Api. Dengan biaya yang tinggi untuk revitalisasi tersebut puluhan dan mungkin lebih dari seratus milyar uang rakyat yang digunakan ternyata sia-sia saja. Masyarakat mendambakan angkutan tersebut.

    BalasHapus