Selasa, 01 Mei 2012

Stasiun Tanjungpriok, Nasibmu Kini

Setelah sempat tak melayani KA penumpang, stasiun termegah ini nyaris seperti gedung mati, lekat beraroma nuansa angker. Apalagi ada ruang bawah tanah yang selalu digenangi air dan tanpa penerangan. Kini kesan itu mulai pudar, setelah dilakukan konservasi.
 Stasiun besar dengan luas 34.134 meter persegi ini mulai dibangun pada tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral AFW Idenburg (1909-1916). Arsitek Stasiun Tanjung Priuk ini adalah CW Koch, seorang insinyur utama dari Staats Spoorwegen (SS). Tepat pada ulang tahun ke-50 Staats Spoorwegen, 6 April 1925. Stasiun ini merupakan stasiun monumental dengan delapan jalur ganda. Bangunan buatan Hindia Belanda ini merupakan perpaduan antara gaya neoklasik dengan gaya kontemporer pada masanya.
Stasiun Tanjungpriok berperan sebagai tempat transit penumpang yang datang ke Batavia (Jakarta) melalui Pelabuhan Tanjungpriok. Di salah satu bagian dari stasiun dulu terdapat fungsi hotel yang dilengkapi dengan bar dan restoran dengan dapur yang terletak di lantai dua yang cukup baik bagi mereka yang tiba kemalaman. Stasiun ini tak hanya mengangkut penumpang untuk kota Batavia dan sekitarnya, tapi juga untuk jarak jauh seperti Semarang dan Surabaya.
Seiring waktu dan jaman, kemegahan dan keramaian stasiun Tanjungpriok mulai surut disamping terbentur regulasi tidak lagi dioperasikannya beberapa KA penumpang jarak jauh. Kondisi Stasiun Tanjungpriok pun sempat merana, tak terawat, baik di dalam stasiun maupun di lingkungan sekitarnya. Banyaknya rel kereta api yang tertutup bangunan liar baik di dalam stasiun maupun di sepanjang jalur kereta api di sekitarnya.
Pada awal tahun 2009, PT Kereta Api (Persero) mulai melaksanakan program konservasi Stasiun Tanjungpriok untuk mengembalikan fungsi stasiun seperti pada masa jayanya. Diantaranya melakukan renovasi Rumah Sinyal dan eskavasi Ruang Bawah Tanah (Bunker).
Kegiatan eskavasi dilakukan pada ruang bawah tanah/ bunker yang berada di sisi utara bangunan stasiun dan diatasnya merupakan hall yang dulunya kemungkinan besar berfungsi sebagai ruang makan. Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah pembersihan lumpur yang memenuhi di ruang bawah tanah tersebut. Tinggi lumpur sekitar 150 cm.
Kegiatan kedua dilanjutkan pada ruang berikutnya yang berada bersebelahan dengan ruang bawah tanah pertama dengan cara membongkar dinding tembok tambahan mempergunakan peralatan seadanya tetapi mengalami hambatan karena kondisi lumpur yang berbeda sehingga memerlukan peralatan khusus.
Penemuan ruang lain tersebut berdasarkan dengan melihat pipa yang ada di tiap ruangan dan kemungkinan dapat menjadi acuan untuk menemukan ruang lainnya. Di lokasi kedua tersebut telah ditemukan 2 (dua) buah sendok logam yang diperkirakan dibuat pada awal tahun 1900. Namun untuk kegiatan selanjutnya masih menunggu bantuan peralatan dan tenaga ahli untuk supervisi.
Sayangnya stasiun megah ini sampai sekarang belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk pelayanan operasional, stasiun Tanjungpriok baru digunakan untuk melayani lalulintas KA barang petikemas dari Pasoso dan Sungai Lagoa. Sedangkan untuk KA Penumpang baru melayani pemberangkatan KA Ekonomi Kertajaya. Sementara untuk melayani operasional lalulintas KRL kini sudah tak ada lagi. Padahal sebelumnya, sempat melayani perjalanan KRL rute Bekasi-Tanjungpriok. Namun dengan adanya perubahan rute jalur KRL, rute Bekasi-Tanjungpriok dihapus dan diganti dengan rute baru Jakartakota-Tanjungpriok lewat Kampungbandan Atas. Tapi lagi-lagi rute baru itu pun hingga kini belum ada kabar akan dioperasikan. KRL pun tak lagi meramaikan stasiun Tanjungpriok.
AMAD SUDARSIH

Napak Tilas Sukabumi-Lampegan


Jalur KA lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur merupakan bagian dari jalur utama yang menghubungkan Jakarta-Bandung saat itu, sebelum dibangun jalur Cikampek-Purwakarta-Bandung. Ini bisa dilihat dari kondisi bangunan stasiunnya yang sebagian besar masih asli termasuk relnya yang masih berukuran tipe R33, berikut bekas persinyalannya yang masih system mekanik. Bangunan lain yang jelas terlihat usianya yang sudah ratusan tahun yaitu Terowongan Lampegan (687 m). Terowongan legendaris dengan nuansa mitos penari ronggeng termasyur Nyi Sadea dibangun antara tahun 1879-1882. Jalur Sukabumi-Lampengan-Cianjur dioperasikan pada 10 Mei 1883 dan setahun kemudian jalur dari Cianjur-Padalarang-Bandung yang dioperasikan pada 10 September 1884.
Jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur sebelum terjadi longsor pada 8 Februari 2001, setiap harinya dilalui KA Ekonomi “Argo Peuyeum” dengan rute Ciroyom-Cianjur-Sukabumi. KA tersebut berangkat dari Bandung siang hari dan tiba di Sukabumi malam hari, lalu stabling di Stasiun Sukabumi untuk kemudian esok paginya berangkat kembali ke Bandung.
         Cukup lama jalur bersejarah dengan panorama alamnya yang eksotis ini mati. Beruntung, nasibnya tak seburuk jalur cabang Banjar-Pangandaran yang nyaris hanya menyisakan beberapa bekas bangunan, jembatan, beberapa potong jalur dan 4 terowongan yang mengenaskan. Jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur sepanjang  km sudah selesai diperbaiki. Tak hanya perbaikan titik jalur yang longsor dan renovasi terowongan, diganti juga seluruh bantalan kayu yang sudah rapuh dengan bantalan besi.
        Pasca selesainya perbaikan, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan persiapan pengoperasian kembali jalur Sukabumi-Lampegan-Cianjur. Kunjungan ke jalur tersebut langsung menggunakan dua KA Inspeksi (KAIS) yaitu Railone dan Wijayakusuma dari Jakarta dan berakhir di Bandung.
         Sebelum menuju Stasiun Sukabumi, KLB rombongan Dirjen Perkeretaapian yang didampingi Direktur Teknik PT KAI (Persero) Judarso Widiyono sempat berhenti beberapa menit di Stasiun Cicurug. Stasiun Cicurug kedepannya akan dilakukan pengembangan untuk mendukung kelancaran angkutan barang kerjasama dengan produsen air minum dalam kemasan PT Aqua Tirta Investama dari Cicurug menuju Jakarta. Produsen air minum ternama tersebut kabarnya juga bersedia untuk investasi membangun jalur dari Stasiun Cicurug menuju area pabrik.
Dari Stasiun Cicurug, KLB berjalan kembali menuju Stasiun Sukabumi. Dirjen beserta rombongan turun untuk meninjau kondisi Stasiun Sukabumi, termasuk memeriksa kondisi rel dan perkakas handle persinyalan mekanik di ruang PPKA.
Perjalanan selanjutnya menuju Stasiun Cireungas. Selain meninjau kondisi perkakas persinyalan yang sudah diubah menjadi semi-mekanik hasil modifikasi PT Len Industri Bandung, Dirjen juga mendapat paparan rencana pengembangan wilayah Stasiun Cireungas yang akan dijadikan Desa Wisata. Dari Cireungas, KLB berjalan kembali hingga memasuki Terowongan Lampegan dan singgah cukup lama di Stasiun Lampegan.
“Kunjungan ini untuk memastikan persiapan pengoperasian kembali lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur dan rencana pengembangan KA Wisata," kata Tundjung Inderawan usai meninjau kondisi Terowongan Lampegan, Kamis (5/5) .
        Tundjung juga berharap lintas Sukabumi-Lampegan-Cianjur nantinya bisa dilayani KA perintis. Revitalisasi jalur Sukabumi-Cianjur-Bandung termasuk dalam program strategis Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Dalam rombongan, ikut pula mendampingi EVP Pusat Pelestarian Benda & Bangunan Bersejarah PT KAI Ella Ubaidi, VP Daop 2 Bandung Hendy Hendratno Adji, Sekda Provinsi Jawa Barat dan investor yang berminat mengembangkan KA Wisata.
Ahmad Rizal yang akrab disapa pak Buyung merupakan investor sudah sejak 2009 berminat untuk menghidupkan jalur Bandung-Cianjur-Lampegan-Sukabumi untuk KA Wisata dengan lokomotif uap seperti di Ambarawa, Solo dan Sumatera Barat. Bahkan Pak Buyung pun sanggup membiayai untuk menghidupkan satu lokomotif uap dari Museum Transportasi TMII Jakarta agar bisa dioperasikan kembali.
“Untuk biaya perbaikan menghidupkan kembali 1 lok uap sekitar Rp 5 Miliar. Kalau kami inginnya menghidupkan lok D14 karena dulunya jenis lok ini memang pernah beroperasi di lintas Cianjur-Sukabumi,” kata Pak Buyung.
Rencana pengembangan KA Wisata juga mendapat lampu hijau dari Dirjen Perkeretaapian. Namun rencana tersebut juga perlu didukung oleh Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Cianjur yang ingin mengangkat potensi wisata Lampegan dan Situs Megalithikum Gunung Padang agar bisa menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
AMAD SUDARSIH

Napak Tilas Semarang-Tanggung


Langit di Kota Semarang dan Grobogan begitu cerah. Secerah raut wajah 80-an orang peserta Napak Tilas Terbangunnya Jalur Kereta Api pertama di Indonesia yang sudah berkumpul sejak pukul tujuh pagi di peron satu Stasiun Semarang Tawang. Sebagian peserta tampil mengenakan pakaian adat Jawa dengan blangkon untuk yang pria dan berkebaya untuk yang wanita. Para pejabat PT KAI (Persero) Daop IV Semarang secara khusus mengenakan pakaian ala Kompeni Belanda, baju putih berikut topi bundar warna putih. Sang Kondektur tampil mengenakan baju tentara pejuang. Selain dihadiri para pecinta kereta api (railfans) dari beberapa komunitas, peserta dari Komunitas Onthel Semarang juga tak ketinggalan, lengkap dengan sepeda onthel jadul turut dibawa.
        Bila pada tahun lalu, napak tilas menggunakan KLB (KA Luarbiasa) yang ditarik lokomotif BB200, kali ini PT KAI Daop IV Semarang menjalankan KLB NIS 01. KLB NIS 01 terdiri dari 3 gerbong barang (2 gerbong tertutup GW yang dimodifikasi menjadi kereta penumpang klasik seperti kereta kayu dan 1 gerbong terbuka YR yang dimodifikasi dilengkapi bangku panjang). Kapasitas 3 gerbong tersebut mampu mengangkut sekitar 90 penumpang. Dan yang unik lagi, lok penariknya bukan BB200 melainkan lok D301 bercat hijau-kuning dengan plat nomor seri diganti NIS 01.
       “Modifikasi gerbongnya seperti cerita Bandung-Bondowoso,hanya dua minggu lho! Nantinya keretanya akan kita jalankan untuk KA Wisata Ambarawa-Tuntang mulai akhir tahun ini, setelah perbaikan relnya selesai. Loknya menggunakan lok DH, sudah kita siapkan,” jelas Ella Ubaidi, EVP Pusat Pelestarian PT KAI (Persero) didampingi DVP Daop IV Semarang Subagyo kepada wartawan di Stasiun Tanggung.
      Satu setengah jam perjalanan, KLB NIS 01 akhirnya tiba di Stasiun Tanggung. Rombongan Napak Tilas yang dihadiri juga Direktur Komersial PT KAI (Persero) S.Wimbo Hardjito langsung disambut untaian bunga dan hiburan musik keroncong. Acara renungan 143 Tahun Terbangunnya Jalur KA Indonesia pun dimulai. Dalam acara tersebut, PT KAI menyerahkan santunan untuk anak yatim sekitar stasiun dan dilanjutkan penanaman pohon.
“Kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pecinta kereta api yang mendukung karena kesungguhan hati merekalah yang mejadikan kita bangkit kembali untuk memperbaiki apa yang sangat bagus dari sisi sejarah,” ungkap Wimbo dalam sambutannya.
Pada kesempatan tersebut, turut memberikan sambutan dari Sesepuh Pecinta KA asal Semarang Tjahjono Rahardjo dan Pemerhati KA dari Unika Soegijopranoto Djoko Setiyowarno. Keduanya menyoroti lambannya perkembangan perkeretaapian di Indonesia dibandingkan negara lain.
“China yang selama ini getol membangun jalan tol, kini beralih untuk mengembangkan jalur kereta. Bila Pemerintah Indonesia tidak segera memberikan perhatian lebih kepada moda transportasi kereta api, kemacetan di berbagai kota besar akan kian parah,” tegas Djoko Setiyowarno.
AMAD SUDARSIH





Minggu, 29 April 2012

Hunting Sepur Wisata Ambarawa


Kota Ambarawa bakal tambah moncer seantero jagat. Selain memiliki Museum Kereta Api, jalur yang membentang juga masih dioperasikan untuk KA Wisata yang ditarik loko uap dan Lori Wisata. Tak lama lagi, jalur Ambarawa-Tuntang bakal siap dilalui loko uap.
 Ambarawa Railway Mountain Tour tetap menjadi magnet bagi wisatawan minat khusus pecinta kereta api dalam dan luar negeri. Bahkan sutradara film Hanung Bramantio pada Juni lalu juga mengambil gambar perjalanan KA Wisata yang ditarik lokomotif uap B2503 untuk mendukung film layar lebar yang sedang dibuatnya. Komunitas Pecinta Lokomotif Uap Se-Dunia, FarRail dan railfan kawakan asal Inggris, Rob Dickinson juga rutin mengagendakan kunjungan setiap tahunnya ke Museum KA Ambarawa.
Seperti saat Tim Majalah KA hunting bersama FarRail awal Juni 2010. Lokomotif Uap Ambarawa menjadi incaran para penggila loko “ireng” dan agenda yang wajib dikunjungi oleh mereka. Meskipun bukan hari libur, asalkan ada pesanan, lokomotif uap tetap jalan. Hanya saja setelah lokomotif uap Mak Itam (E1060) pulang kampuang ke Sawahlunto Sumatera Barat dan C1218 diboyong ke Purwosari-Solo, praktis untuk wira-wiri memenuhi pesanan wisatawan, tinggal lokomotif B2503 yang bergantian dengan saudara mudanya B2502.

Rute Baru Ambarawa-Tuntang,pp
Selain rute Ambarawa-Bedono, saat ini juga sedang dalam tahap persiapan prasarana untuk rute baru Ambarawa-Tuntang. Rute ini selama ini hanya dilayani dengan Lori Wisata saja, namun nantinya akan ditambah loko uap. Bila selama ini wisatawan hanya bisa menikmati KA Uap rute Ambarawa-Bedono sejauh 20 kilometer, nantinya bisa mencoba rute Ambarawa-Tuntang sepanjang 7,5 kilometer yang sudah 25 tahun tidak dilintasi lokomotif boge (berbodi besar). Rute ini menawarkan pemandangan alam dari tepian Rawa Pening, berbeda dengan Ambarawa-Bedono yang didominasi landskap pegunungan.
Ditjen Perkeretaapian telah mengagendakan revitalisasi prasarana pada lintas Tuntang-Ambarawa. Melalui Satker Pengembangan Perkeretaapian Jawa tengah, sejak 11 Maret 2010 hingga 16 September 2010 sedang dilakukan pergantian bantalan rel dari semula bantalan kayu menjadi besi. Sedangkan relnya masih tetap menggunakan R 25.

Menghidupkan Satu Loko Uap
Untuk sarananya, PT KAI (Persero) akan mengaktifkan kembali loko uap B 5112 buatan Hanomag, Jerman. Loko uap buatan tahun 1900 ini merupakan salah satu koleksi Museum KA Ambarawa. "Kami diminta bagian Pusat Pelestarian PT KAI untuk mencari loko uap yang masih bisa dihidupkan kembali. Rencananya B 5112 karena ketel uapnya relatif masih baik," kata Pudjiono, Kepala Sub Dipo Lokomotif Ambarawa.

Revitalisasi Museum
PT KAI (Persero) juga akan menyiapkan investasi sekitar Rp 5,5 miliar untuk melakukan revitalisasi Museum Kereta Api Ambarawa agar bisa meningkatkan pendapatan museum sampai 300%. "Saat ini Detail Engineering Design (DED) sedang digarap. Rencana tahun depan pemugaran sudah mulai dikerjakan dan bisa beroperasi 2012. Namun selama pemugaran, museum tetap dibuka," kata Ella Ubaidi, Executive Vice President Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI.
AMAD SUDARSIH




.